Tulisan ini pernah saya posting di Plusmassal. Apabila kalian ingin mengutip sebagian atau seluruh isi artikel ini saya persilahkan tapi dengan syarat selalu cantumkan sumber dimana kalian mendapatkan cerita ini yaitu Triple Zet. Link sumber :
- http://plusmassal.wordpress.com
- http://joencl.blogspot.com
- Like juga FP "Curhat Massal 17+" di Facebook
"Short Massage System"
untukmu pujangga
ketahuilah
cintaku tak bersajak
tak bersyair
cintaku tak bernada
cintaku mengalir
seperti air
berjalan menembus
segala macam rintangan
tapi akan selalu
bermuara pada hati yang sama
cintaku bagai
pergerakan matahari
berawal dari aku
membuka mata
sampai tertutup
kedua kelopak ini lagi
dalam mimpi cintaku
tetap ada
dalam gelap cintaku
tetap membara
bagai lentera yang
tak pernah padam
cintaku tak berumus
cintaku akan tetap
mengalun walau tanpa petikan gitar
karena inilah
cintaku dan beginilah adanya aku
*****
disuatu malam yang
gelap berderai air mata. Bulan malam ini nampak anggun menampilkan
diri sepenuhnya. Malam ini ada sanak family yang sedang dirawat di
rumah sakit, sebenarnya itu bukan rumah sakit, hanyalah sebuah
puskesmas rawat inap. Sudah seperti tugasku biasanya jika adsa yang
di rawat disana baik itu dari lingkungan saudara ataupun tetangga
tugasku adalah mengantarkan bekal makanan untuk keluarga yang
menunggunya.
“ya
hitung-hitung sedekah” kata ibuku
aku tak dapat
membantah satu katapun dari wanita yang sangat aku cintai dan sangat
mencintaiku. Malam itu sebenarnya aku sedikit malas untuk keluar
rumah, selain karna mata sudah terasa sangat lelah karena seharian
bekerja yang membutuhkan konsentrasi penuh, juga karena sebenarnya
malam ini udara sangat dingin. Tapi apalah daya ku pacu sepeda
motorku melalui jalan-jalan kampungku yang lumayan gelap.
Malam itu tanpa ku
duga sebelumnya sebuah cinta datang menghapus segala problema dalam
hidupku. Malam itu masih sangat jelas di ingatanku, sebuah malam
kamis yang dihiasi penuh dengan bintang-bintang, sang ratu malampun
tak segan-segan menampakkan seluruh tubuhnya yang membulat, begitu
juga adanya dengan binatang-binatang malam yang seolah sedang
bernyanyi riang menyambut malam yang tak pernah terlupa dalam
hidupku, dan akan selalu terkenang selama aku hidup.
Malam sudah
menjelang pukul 8 malam. Cacing-cacing dalam perutku sudah berteriak
meminta makan. Aku hanya bisa mengemis pada mereka agar menahan
sebentar hasrat mereka. Tadinya aku tak berniat sampai terlalu lama
disini bahkan sampai bermalam disini, tapi karena yang menjaga
pamanku yang sakit hanya ada 2 orang maka ku putuskan untuk menemani
mereka sampai larut nanti.
“ah,
bawa makanan buat orang tapi aku sendiri kelaparan” gerutuku dalam
hati.
“gak
makan joe.?” kata sony, dia adalah anak tertua dari pamanku yang
sedang di rawat itu.
“udah
makan aja sini bareng ama kita” dede menyambung kata-kata kakaknya.
“ah,
aku belum laper tadi sebelum kesini udah makan” aku berbohong
karena aku yakin mereka juga pasti sudah sangat lapar ketika aku
membawa bekal untuk mereka.
Pamanku itu hidup
berempat dengan anaknya, anak tertua bernama sony, adiknya adalah
dede yang seumuranku dan yang paling kecil adalah putri yang baru
berusia 5 tahunan kala itu.
“aku
cari rokok dulu ya diluar” kataku berpamitan.
“hati-hati
ya di deket pohon depan sana” kata dede seraya menunjuk ke luar
jendela yang mengarah ke sebuah pohon yang cukup besar di depan
puskesmas ini.
“emangnya
ada apa disana.?” tanyaku.
“yang
jelas sesuatu” katanya dengan nada sedikit horror berniat untuk
menakut-nakutiku.
Beruntung kala itu
syahrini belum terkenal dengan “sesuatu”nya. Tapi aku bukanlah
tipe orang yang suka percaya dengan cerita hantu atau hal-hal yang
berbau mistik. Aku bukan tak percaya sepenuhnya, aku yakin mereka ada
tapi karna kita sebagai manusia adalah makhluk sosial, maka utamakan
keselamatan. Eh, maksudnya kerukunan. Selama kita tak mengganggu atau
mengusik mereka, sudah barang tentu mereka juga tak akan mengusik
kita.
“rokoknya
sebungkus bu” kataku kepada penjaga toko kelontongan di dekat
puskesmas itu.
Setelah transaksi
selesai, aku tak segera kembali masuk kedalam tapi ku putuskan untuk
menghirup sedikit udara segar, tapi gimana mau segar yang ku hisap
sebenarnya adalah asap tembakau.
“joe”
teriak sebuah suara. Arahnya sih dari sebuah rumah diseberang jalan,
tapi karena rumah itu belum dialiri listrik maka aku tak mengenal
dengan jelas siapa yang memanggilku. Baru setelah orang itu datang
menghampiriku, aku mengenalnya bahkan cukup mengenalnya. Dia adalah
abdul salah seorang adik kelaskku dulu sewaktu di sma.
Setelah
berbincang-bincang sejenak di pinggir jalan aku memutuskan untuk
bergabung dengan teman-teman abdul. Jam di tanganku sudah menunjukkan
pukul 21:00 saat aku mulai merasa jenuh.
“dul,
kamu punya nomernya mawar gak.?” tanyaku seketika dan sekenanya
“ada”
jawabnya.
“mau
buat apa.?” sambungnya.
“suntuk
nih pingin smsn aja, siniin hp mu” kataku sambil menunjuk ke arah
handphone dia yanng tergeletak di bangku tempatnya duduk.
“ada
pulsanya kan.?” tanyaku karena handphoneku sedang tak ada pulsanya.
“gratongan
nih” belum selesai dia berkata sudah ku samber aja handphonenya
itu.
Hp sudah ditangan,
malah bingung mau sms apa. Setelah 5 menit berfikir keras akhirnya ku
sms dia dengan sms pembukaan : “ Hay “.
dan
pada akhirnyapun kami smsan, karena mau nelpon juga mikir-mikir dulu,
1 hp orang dan yang ke-2 belum tentu juga hp-nya abdul yang jadul
ini ada pulsanya. Minta sms-an aja dikasih yang gratisan, kalau
seumpama gak gratisan belum tentu dikasih.
Setelah sms-an gak
jelas, timbul niat buat ngisengin mawar.
Sms-nya kira-kira
begini :
aku : “war, emang
gak ada yang marah kita sms-an gini.?”
mawar : “siaapa
yang mau marah.?”
aku : “pacar kamu
seumpamanya”
mawar : “lagi gak
pacar”
aku : “ah bohong,
cewek secantik kamu gak mungkin jomblo”
mawar : “beneran,
cariin pacar donk”
aku : “udah ama
aku aja”
mawar :
“maksudnya.?”
aku : “ya..kamu
mau gak jadi pacarku.?”
mawar : “orang
gila macam kamu doyan pacaran juga ya.?”
aku
: “kampret
seriusan nih, mau apa gak.?”
mawar : “pikir-pikir
dulu ya”
aku : “kalau mau
nolak lebih baik sekarang, gak usah pake mikir-mikir segala ;-( “
mawar : “emang
siapa yang mau nolak”
aku : “jadi mau
gak jadi pacarku”
mawar : “kok malah
maksa”
aku : “aku gak
maksa, cuma ini hp udah mau diambil ama yang punya, makanya buruan
jawab”
mawar : “gak
modal, mau nembak cewek aja hp-nya dapet minjem”
aku : “^_^
hehehehe ^_^ , jadi gimana.?”
mawar : “yaudah
kita jalani aja dulu”
aku : “pacaran aja
belum udah minta jalan, mau apa gak.?”
mawar :
“iyaaa...baweeeeel”
aku : “yaudah,
besok aku ke rumahmu, gak usah dibales. Ini nomerku +628********* “
“udah
jadian cuma lewat sms doank.?” kata abdul sambil cek pulsa.
“jiaaaaaah,
pulsa ku sekarat gara-gara kamu buat sms-an” sambungnya setengah
berteriak.
“Lha,
tadi kata kamu gratis” aku mencoba membela diri
“itu
juga aku kata operatornya, di dunia ini apa sih yang gratis. Buang
air aja bayar” katanya dengan nada kesal. Karena merasa berhutang
pulsa dan sedikit jasa juga, mau gimana lagi “besok aku ganti 2X
dari pulsamu yang tadi” kataku.