sudah setengah tahun lamanya aku
bertualang di kota “ini”. Tapi belum ada hal-hal istimewa yang
membuatku bertahan dengan segala macam problema ini.
Sampai pada suatu pagi di
pertengahan bulan penghujan, cuaca pagi ini cukup bersahabat dengan
mimpi yang tengah menglun dengan indah dalam tidur yang tak tau
waktu.
Tiiiiriiiiiiit triiriiiiit..bunyi
alarm di handphine ku berdering menandakan belahan bumi yang ku huni
telah menunjukkan pukul 06:30 WIB.
Dengan rasa malas yang seperti
menahan badanku agar tetap bertahan dalam posisi tidurku.
Ku kumpulkan segala macam
kekuatan untuk melawan setan yg seolah menindih tubuhku sehingga
terasa berat untuk bangkit.
“selamat
pagi dunia, selamat datang hujan,,,huuuft” ku akhiri kalimatku
dengan sebuah keluhan.
Ku panaskan air di pemanas air
dan segera ku racik kopi hitam kental kesukaanku.
Sambil beranjak ku raih handuk
yang ada di kamarku, segera ku buru ke kamar kecil di luar kamarku,,,
biasa buang sial dulu. Setelah terasa keluar semua isi makan malamku,
ku bersihkan tubuhku dalam guyuran air yang menyegarkan raga.
Selesai mandi ku lihat indikator
air panas telah padam menandakan bahwa air telah panas, ku seduh kopi
yang telah ku persiapkan tadi. Dengan segelas kopi hitam mantap dan
sebatang rokok ku selesaikan rutinitas pagiku. Setelah mempersiapkan
segala keperluanku segera ku kunci pintu kamar dan memacu sepeda
motorku membelah gerimis yang tak ada tanda akan segera usai.
Sengaja ku ambil jalan pintas
agar segera sampai ke kantorku. Sesampainya di kantor segera ku taruh
jas hujan yang ku kenakan dan memburu ke kamar kecil, hawa dingin
pagi ini membuat kandungan air dalam tubuhku tak bisa dikeluarkan
dalam bentuk keringat.
Lega rasanya setelah mengeluarkan
hampir sepersepuluh cairan dalam tubuhku. Tanda alam lainnya
memanggil ku, cacing di perutku sudah mulai menabuh genderang tanda
ingin segera melahap sesuatu, ku lihat jam di tanganku menunjukan
pukul 07:40, masih tersisa waktu sepuluh menit lumayan buat sarapan
gaya tentara.
Ku telusuri lorong perkantoran
itu, tak sampai lima menit sudah sampailah aku pada sebuah rumah
makan yang biasa aku menikmati sarapan dan juga makan siang. Ada yang
beda di tempat itu, hanya ada seorang siswi mengenakan seragam
sekolah lengkap, tak ada pelanggan lainnya. Mungkin karena cuaca
sedang hujan makanya pengunjung di rumah makan ini jadi sepi. Setelah
ku pesan sarapanku, aku duduk menunggu di meja tepat sebelah anak
sekolah tadi. Sebenarnya bukan maksud hati untuk mendekati perempuan
itu, tapi memang meja yang pilih berada di pojok jadi lebih nikmat
untuk makan. Tak lama berselang hidangan sarapanku pun datang,
sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan beberapa potongan
bakso dan sosis terlihat menghiasi piringku, berikut segelas teh
manis dengan kepulan asap membuat cacing diperutku semakin berteriak
tak karuan. Segera ku lahap hidangan yang ada di depanku, setelah
hampir separuh isi piring di depanku sudah berpindah dalam ladang
cacing kelaparan di perutku, tanpa sengaja ku lihat neja sebelah,
piring perempuan itu masih penuh berisi nasi putih terlihat lauknya
pun masih utuh tanda belum terjamah oleh perempuan itu. Ku lahap lagi
nasi isi yang tersisa dari piringku.
Setelah ku teguk teh hangatku ku
sempatkan diri untuk melihat kearah meja perempuan tadi.
Pemandangannya masih sama dengan
saat ku lihat tadi, dia belum makan sedikitpun. Dan ketika kulihat
perempuan itu, betapa terkejutnyta diriku.
“nangis...ni
anak kenapa sih.?” memang tak terlihat dengan jelas air matanya
tapi dengan posisi dudukku sekarang aku tau bahwa perempuan itu
sedang menangis.
Ku lirik alroji di tranganku,
“tinggal lima menit lagi sebelum bel masuk, tapi gak tega juga liat
ni anak, se-enggaknya gua harus taulah kenapa dia ampe nangis”
bathinku
maka ku beranikan diri untuk
duduk satu meja dengan perempuan itu.
“kenapa
dek.?” aku membuka pertanyaan
“gak
apa-apa kok om” jawabnya, busyet dah. Emang tampang gua udah kayak
om om ya..??
“gak
apa-apa kok nangis.?” tanyaku lagi
“gak
kok om, ini tadi kepedesan aja abis sambelnya pedes banget”
jawabnya.
Aah..bohong ni anak. Sambelnya
pedes, nasinya aja masih belum kesentuh gitu.
“gak
usah bohong, tapi jika adik keberatan memberitahu alasan adik
menitikkan air mata gak apa-apa koq, kalau begitu saya pamit. Ini
jika adik ada perlu atau apa adik bisa hubungi saya di nomer ini,
niat saya hanya MEMBANTU” ku tekankan kata itu seraya memberi dia
selembar kartu namaku.
Ku bayar sarapanku berikut
sarapan anak perempuan itu yang aku tak tau siapa namanya.
Ngngngngngngngngngng...bel
istirahat berkumandang.
Tapi aku masih enggan untuk
keluar dari ruangan ini, maklum cuaca di luar sedang mendung. Maka ku
putuskan untuk makan di dalam kantor saja, aku turun ke lantai bawah
menujuk meja operator telpon, niatku adalah memesan makanan siap
saji. Tapi niatku berubah ketika ku lihat di balik pintu kaca
kantorku samar-samar terlihat seorang perempuan berseragam sekolah
lengkap berteduh dari hujan yang mulai turun.
“hmmmm...anak
itu lagi” gumamku
lalu ku hampiri perempuan itu.
“udah
pulang sekolah dek” tanyaku mengagetkan dia
“eeh..si
om, saya gak sekolah om” jawabnya lirih
“Lho..kenapa
gak sekolah..?” tanyaku penasaran
“di
usir guru, belum bayar sekolah” jawabnya pelan sekali bahkan hampir
tak terdengar, jika bukan karena posisiku yang sangat dekat
dengannya.
“sudah
makan.?” aku mencoba mengalihkan topik.
Dia hanya menggeleng.
“tunggu
bentar ya..” ku ambil ponsel di kantong celanaku, setelah menemukan
kontak nomor yang ku cari segera ku tekan tombol penggilan.
“tuuuut
tuuuut tuuuut” nada kereta api mulai terdengar di telingaku.
Setelah diangkat oleh seseorang
yang ada di sebrang sana segeraku bilang “boss..gua abis istirahat
langsung ke lapangan aja ya, gua ada urusan di rumah jadi nanti
langsung pulang”, setelah terjadi perdebatan sebentar lalu akhirnya
boss ku pun mengizinkan ku.
“yuuk
ikut” kataku pada perempuan yang ada disampingku.
“mau
kemana om.?” tanyanya sedikit ragu
“udah
ikut aja, kita makan dulu sambil ngobrol” jawabku memastikan tujuan
kami.
Singkat
cerita
:
setelah sampai di sebuah rumah
makan sederhana, kami pu segera memesan makanan.
Stelah melakukan percakapan yang
menguras emosi dan tenaga, aku mendapat banyak informasi dari
perempuan itu berikut alasannya mengapa ia menangis tadi pagi.
Namanya dara, sekolah di sebuah
smk negri di kota “ini”,ia mengambil jurusan sekertaris, sekarang
memasuki tahun ke dua. Dia berasal dari keluarga golongan menengah
kebawah. Ia tidak boleh mengikuti ulangan semester jika tidak
melunasi pembayaran spp yang sudah ditunggak 4bulan. Tak banyak yang
bisa ku lakukan, sebab dari sisi finansial kebutuhanku untuk bulan
ini lumayan banyak. Tapi saya berjanji akan membantunya, tak ada
maksud yang lain selain niat tulus untuk membantu.
ku parkirkan sepeda motorku di
depan sebuah bank swasta. Ku masuki sebuah ajungan tunai mandiri,
setelah menarik sejumlah uang tunai ku hampiri dara yang hanya
berdiri mematung di dekat sepeda motorku.
“kak
gak usah repot-repot kak” katanya ketika jarak kami sudah sangat
dekat
“akak
gak repot kok, udah terima aja” kataku sembari menyerahkan uang
yang seyogyanya akan ku gunakan untuk membeli asesoris motor, tak
apalah toh kebutuhanku tak terlalu penting juga.
“kita
kemana lagi kak.?” tanyanya setelah ku mulai menghidupkan sepeda
motorku
“terserah
dara mau kemana.? Apa mau akak anterin pulang” tanyaku
“gak
kak..dara pulangnya nanti aja, takut ibu curiga kalau pulang jam
segini” jawabnya
“apa
mau istirahat di kontrakan akak” kataku memberi saran
dia hanya menganggukkan kepalanya
tanda persetujuannya.
Sesampainya di kamar kontrakan
segera ku rebahkan badanku ke kasur.
“maaf
yah kalau seperti kapal pecah, maklum kamar bujang” kataku setelah
sadar bahwa kamarku benar-benar berantakan
tanpa banyak bicara dara mulai
membereskan satu per satu pakaianku yang tergeletak tak beraturan di
lantai, aku sudah mulai terbawa ke alam mimpi.
Sejam lamanya aku terlelap dalam
tidur, ketika kesadaranku berangsur mulai pulih ku lihat di
sekeliling kamar. Kemana tu anak, setelah sadar bahwa dara sudah tak
ada di kamarku. Ah, mungkin dia sudah pulang. Ketika itu hujan di
luar makin menjadi saja, suara gemuruh halilintar terkadar
bersahutan. Hawa dingin yang menusuk tulangku memaksaku untuk
mengeluarkan sedikit cairan lagi di kamar kecil. Setelah melakukan
ritual kecil peregangan otot, segera ku buka aku menuju ke kamar
mandi, dan ketika ku buka pintu kamar mandi ASTAGA...ternyata ada
dara di dalam hanya mengenakan Cd dan Kutang saja.
Segera ku tutup pintu kamar mandi
dan berteriak “maaf ya..akak gak tau”.
“gak
apa-apa kok kak, dara kelupaan ngunci pintu, akak gak salah”
terdengar suara dari dalam.
Setelah sekitar lima menitan
akhirnya dara keluar juga dari kamar mandi, segera ku meminta maaf
akan kejadian barusan. Dan beruntung dia memakluminya. Aku bergegas
masuk ke kamar mandi karena memang ada keperluan yang tertunda
disana.
“dara
jangan marah ama kakak ya” ku dekati dia yang sedang asyik menyisir
rambutnya yang panjang di depan kaca lemari di kamarku itu.
“dara
gak bakal marah kok kak, lagian kakak juga gak sengaja kan” katanya
“eh
iya...maaf yah” jawabku sambil garuk-garuk kepalaku walau tidak
gatal
“walau
sengaja juga dara gak bakal marah kok kak” terdengar samar-samar
suaranya..
“iya..tadi
dara bilang apa..?” tanyaku karena kurang jelas akan maksud dari
kata-katanya tadi.
“eeeh...bukan
apa-apa kok kak” jawabnya
hari itu kami menghabiskan waktu
dengan bercanda di dalam kamar, tak terasa maghrib sudah menjelang.
Kumandang suara adzan terdengar syahdu. Akupun segera mandi karena
tidak enak denngan keluarganya jika ku pulangkan dara ke rumah sudah
terlalu malam karena biar bagaimanapun dara notabenenya adalah anak
sekolah, gak mungkinkan kalau pulang lewat dari jam 8 malam. Selesai
mandi kami segera mencari rumah makan terdekat untuk mengisi perut.
Selesai makan dara mengucapkan sesuatu yang tak ku duga sebelumnya
“kak...dara minep ya malam ini, dara udah izin ke ibu kok”
katanya.
Rahang ku terbuka, hampir saja
nasi yang ada dalam mulutku keluar semua.
“gak
mungkin ibu ngizinin dara minep tempat kakak” kataku
“ya
dara bilang minep tempat temen, buat ngerjain pr” katanya
“dara
jangan suka bohong deh, lebih baik sekarang dara kakak anterin pulang
ya” aku membujuknya agar dia mau pulang. Jujur saja aku takut
terjadi apa-apa bila dia bermalam denganku di kamar hanya berdua
saja.
“gak
kak, ada yang mau dara omongin ke kakak nanti malam, penting”
jawabnya
“keras
kepala juga ni anak” bathinku, aku tak mungkin lagi bisa
mencegahnya lagi
selesai makan malam kami berdua
kembali ke kontrakanku, di kamar aku hanya diam.
Dia membuatkan aku kopi panas,
sedangkan aku hanya bisa menerka-nerka apa yang hendak dia bicarakan
sambil menghisap rokokku.
Malam itu langit mendung. Aku
masih asyik dengan handphone di genggamanku. Ku lirik dara yang
tiduran di sebelahku juga melakukan hal yang sama. Kopi masih ada
setengah gelas lagi tapi perutku sudah berasa kembung. Ku hisap lagi
tembakau dari kotak rokokku.
“belum
tidur dek?” tanyaku kepada dara yang dari tadi hanya diam.
Dia tersenyum “nunggu kakak
deh”.
“gimana
sekolahmu tadi?”.
“kan
adek..” dia tidak melanjutkan ceritanya.
Aku barus tersadar, dia hari ini
tidak masuk sekolah. “oh iya, maaf ya”.
Aku sedikit terkejut ketika dara
memelukku dari belakang. “kakak kenapa baik gitu ama dara,
padahalkan kita baru kenal?”.
Aku tak dapat menjawab
pertanyaannya. Ku lepas pelukannya dan kulihat wajahnya yang mungil.
Cantik juga ni anak.
Entah setan darimana yang merasuk
ke dalam pikiranku sehingga membuat malam ini terkutuk untukku. Aku
tak tau bagaimana awalnya , bibir kami telah menyatu. Sungguh dahsyat
ciuman yang diberikan dara kepadaku sampai aku tak mampu mengimbangi
permainannya yang semakin panas.
Dasar nafas keretek. Belum sampai
lima menit aku sudah kehabisan nafas karena dara. Anak zaman sekarang
benar benar gila. Lebih gila lagi orang tua seperti diriku yang
bukannya mendidik mereka malah ikut ikutan gila.
Yang namanya setan gak pernah
berhenti menggoda manusia. Belum sempat aku mengatur nafasku, dara
sudah memberikan serangannya lagi sekarang dengan insentifitas yang
lebih tinggi. Terkutuk untukmudara yang telah menjebolkan imanku. Ku
dorong dara hingga terjatuh di kasur. Ku pikir dengan begitu dia akan
sadar bahwa perbuatannya salah. Ternyata aku yang salah, dia membuka
kancing baju seragam yang ia kenakan.
Busyet deh, ni anak makin jadi
aja.
Tiga kancing bajunya telah
terbuka, memperlihatkan dadanya yang begitu indah. Ia menarik badanku
hingga aku terjatuh diatas tubuhnya. Bukan hanya itu kepalaku
terjatuh tepat diatas payudaranya.
Aku tak mampu lagi menahan hasrat
yang begitu membara.
Daa menekan kepalaku sehingga aku
tak dapat bernafas karena hidungku tertutup payudaranya. Aku tak
ingin seperti ini. Hati kecilku berontak. Ini salah, benar benar
salah. Terkutuk untukku di malam ini.
Aku mencoba bangkit berdiri tapi
dara menahanku. Dia menekan kepalaku semakin keras. Aku sudah tak
tahan lagi. Aku bangkit sekuat tenaga. Ku gampar pipiku sendiri
berulang kali dan ku tinggalkan dara di kasur. Dara hanya terdiam
melihat kepergianku.
Aku duduk di serambi depan
kontrakanku. Dengan segelas kopi dan rokok yang menemaniku. Aku
mencoba mencari bulan disela sela mendung yang semakin tebal.
Lima menitan aku disini, dara
keluar dari kamar dan menyapaku “kak, maafin dara ya”.
Aku tersenyum ketus kepadanya.
Aku tak mau apa yang aku jaga selama ini dia rusak. Dan aku juga tak
mau merusak masa depannya.
Dara duduk disampingu. “kakak
marah ya?”.
Aku hanya diam.
Ku pandangi matanya yang penuh
penyesalan itu. “jangan lagi ya”.
Dara menganggukkan kepalanya.
“dara cuma ingin balas budi ama kakak, kaka terlalu baik ama dara”.
“gak
gini caranya dek. Dengan dara dapet nilai bagus. Kakak udah seneng
banget kok. Memang sih kakak gak kenal ama dara. Tapi kakak yakin
dara anak baik. Jangan ulangin kejadian tadi ya. Dengan kakak ataupun
dengan orang lain” aku memohon di depannya. Kami saling berpelukan. Kali ini
tidak seperti tadi,kami hanya berpelukan sesaat. Ku habiskan kopi buatan dara tadi
berikut hisapan terakhir pada rokokku. “takaran kopinya pas dek”. Dara hanya tersenyum. Bibirnya
benar benar manis dan aku tak mngkin dapat melupakan ciumannya yang
begitu dahsyat.
“udah
malem. Tidur dulu sana” kataku kemudian.
“kakak?”
dia menatapku dalam.
Aku menggeleng “kakak masih ada
tugas dari kantor. Mungkin tidur agak lebih malam”. Dara menuruti peintahku.
Ada beberapa tugas yang belum
sempat aku kerjakan. Ku ambil buku laporanku dan mulai mengetik di
laptopku. Sesekali ku lirik dara yang sudah terlelap dalam tidurya.
“tak
kusangka kauberani senekat itu”.
Satu jam lebih aku baru selelsai
dengan semua tugas tugasku.
Jam dinding sudah menunjukkan
pukul setengah dua belas malam, tapi walau sudah berulang kali aku
mencoba memejamkan matahasilnya selalu gagal. Aku tak dapat tidur
malam ini. Kejadian barusan seperti menghantuiku.
Pagi pagi sekali aku terbangun.
Pagi pagi sekali aku terbangun.
Ada segelas kopi dan sepiring
nasi uduk di meja.
Dara tak ada di kamar maupun di
kamar mandi.
Ku periksa semua barang barang di
kamarku, tak ada yang hilang. “anak baik”.
Aku
tak pernah lagi bertemu dengan dara sampai saat ini. Pihak sekolah
mengatakan bahwa dia keluar dari sekolah tersebut. Aku hanya berharap
kau tak tersesat dalam melangkah. Kau harus sadar hidupmu bukan hari
ini saja, masih ada hari esok yang panjang sedang menatikan
kehadiranmu.
***
selesai ***
Original Posting By :