Kalau sudah bicara soal polisi lalu lintas yang terblesit di benak saya adalah lirik lagu iwan fals "Traffik light aku lewati, lampu merah tak peduli, jalan terus, di depan ada polantas, wajahnya begitu bringas, tangkap aku. Tawar Menawar Harga Pas Tancap Gas". Karena memang lagu itu diambil dari kisah sehari-hari, apalagi kalau sudah menyangkut pengendara sepeda motor.
Naas, ini kisah teman saya ketika ia dan saya berkunjung di kota Bandar Lampung. Siang tanggal 28-Agustus-2013 kami mengendarai sepeda motor dari arah pasar baru, teluk betung barat menuju Gedong Tataan, Pesawaran. Kami lewat jalur dua palapa, dan ternyata disana tengah diadaakan razia kelengkapan pengendara.
Motor saya yang di depan sudah melewati razia tersebut, giliran teman saya yang dibelakang dia diberhentikan oleh salah seorang petugas polantas. Singkat cerita, dia menyerahkan STNK dan SIM. Karena kurang memperhatikan ternyata SIM C miliknya sudah mati (pada bulan april 2013).
Karena waktu kami memang singkat dan tak ada waktu untuk mengurus sidang, maka teman saya mencoba berdamai dengan polisi tersebut. Pada awalnya si polisi kekeh mau nilang teman saya tersebut, tapi karena dia bilang tak ada waktu untuk sidang maka polisi tersebut menawarkan untuk membantu membayar denda sidangnya saja yaitu Rp. 250.000,- sebenarnya sih gak ada masalah untuk membayarnya tetapi karena ragu apakah uang tersebut masuk kas negara atau masuk kas dapur polisi tersebut maka teman saya mencoba jalan damai lain yaitu dengan menyogok sang polisi baik itu (JANGAN TIRU YA....!!!).
Sang polisi yang baik itu berbicara dengan bahasa jawa yang kurang lebih percakapan mereka adalah :
Teman saya : masa 250ribu pak, bisa kurang gak?
Polisi : ya, kalau mau saya tolongin bayar sidang memang segitu mas
Teman saya : beneran gak bisa kurang pak? damai aja damai.
Polisi : ya, kalau mas mau ditolongin ngomong aja baik-baik, nanti saya tolongin kok. mas nya ada uang berapa? sini saya bantu.
Teman saya (melihat isi dompetnya, kebetulan uang recehannya tersisa 35ribu lagi) : Cuma ada 35ribu ini pak, ini juga mau buat bensin.
Polisi : wah, kalau segitu gak bisa mas. densa sidangnya aja 250ribu kok.
Teman saya (berbicara dengan nada memelas) : tolong lah pak, cuma ada segini.
Polisi : yaudah, ini saya nolongin masnya, sini uangnya (dengan gaya khas polisi baik, menaruh tangannya di belakang).
Dan selesailah urusan SIM mati dengan uang Rp. 35.000,-
Uuupss....ternyata teman saya otaknya lebih licik dari polisi tersebut, karena tangan polisi tersebut dibelakang dan gak mungkin juga polisi itu mau ngitung uang sogokan di pinggir jalan, maka ditariklah selembar uang Rp. 20.000 (lumayan buat bensin), maka dengan itu sudah selesai urusan sogok polisi dengan denda Rp. 15.000,-
itu cerita pertamanya, ada yang lebih sadis lagi.
Tanggal 1-September-2013 kami sudah mau pulang ke tangerang, bukan karena gak kapok dengan polisi tapi karena kami masih ingin melihat-lihat kota Bandar Lampung kami memutuskan untuk keliling kota dari kampus Unila sampai Simpur.
Sial belum hilang dari dompet teman saya satu itu (demi nama baik, maaf nama tidak ditampilkan ^_^ ). Sebenarnya kami keliling dari jam 6 pagi, tapi karena pesona Bandar Lampung kami baru memutuskan untuk pulang pukul 09:30. Di bunderan ramayana, teman saya lupa menghidupkan lampu sein arah kiri (sebenarnya itu jalan perboden, jadi memang gak ada masalah walau gak pake sein) namanya juga polisi cari sarapan, tena saya diberhentikan oleh seorang polisi yang juga mengendarai sepeda motor (gak pake helm lagi).
Seperti biasa setelah mengeluarkan surat-surat terjadilah percakapan yang seru. Kali ini SIM tersebut sudah dirusak oleh teman saya jadi gak jelas tanggal berakhirnya ^_^ (Jangan ditiru ya)
Polisi : Wah mas, ini masnya udah gak ngidupin sein, SIMnya juga udah rusak.
Teman saya : iya, pak. ini juga mau saya ganti hari ini
Polisi : coba deh, gini mas. Kalau mas punya uang 1.000 terus mau beli rokok di warung tapi uangnya sudah robek-robek apa laku mas.?
Teman saya : gak laku pak (sebenernya laku sih pak, kan ada lakban. ini pak polisi gak tau lakban apa yah?)
Polisi : nah gitu juga dengan SIM mas, kalau sudah rusak gini ya udah gak berlaku lagi.
Saya (Dalam hati) : itu memang SIMnya udah gak berlaku lagi Bapak Polisi yang baik.
Polisi : yaudah bapak saya sidang, nanti sidang tanggal 22-sepetember
Teman saya : lama amat pak? saya hari ini mau pulang ke tangerang
Polisi : yasudah gini aja (sambil membuka buku yang dia bawa), denda untuk gak punya SIM 1juta, mas saya masukin pasal gak bawa SIM yaitu 250ribu.
Saya (dalam hati) : kemaren juga 250ribu, jadinya malah 15ribu ^_^ yang ini jadi berapa yah...???
Teman saya : kalau segitu saya belum ada pak, bisa damai gak?
Polisi : Damai gimana? ya kalau mau damai bayar sidangnya 250ribu nanti sidangnya saya yang bantu, kalau gak ada ya sudah saya sidang saja.
Teman saya : tolong lah pak, saya gak ada segitu bisa kurang gak pak?
lalu seperti lirik lagu iwan fals tadi, tawar menawar harga pas, tancap gas.
Teman saya membuka dompetnya (kebetulan isinya memang sudah dipersiapkan, recehan semua pecahan 1000).
Teman saya : saya cuma ada 34 ribu nih pak.
Polisi : Gak bisa segitu mas, udah tilang aja yah.
Teman saya : cuma ada segini pak, jangan di tilang pak (dengan gaya memohon lagi).
Polisi : minjem saja dulu ama temanya.
Teman saya mengedipkan mata kepada saya : joe, lu ada duit gak?
Saya : ada tapi cuma 40ribu recehan lagi. padahal cuma ada 9ribu (selembar 5ribu, 4 lembar 1000an).
Teman saya : ada 70.000 pak, gimana?
Polisi : yaudah, kali ini saya bantu. tapi lain kali kalau mau belok pake seins, terus SIMnya diganti yah. uangnya taruh di buku saja.
Teman saya memasukkan uang dari saya di selipan buku polisi tersebut, lalu bukunya dimasukkan ke dalam kantong sang polisi yang baik hati itu.
Selesailah denda SIM kedua dengan uang Rp. 70.000,- (baca : Sembilan Ribu Rupiah). Kami pulang ke tangerang dan mengurus perpanjangan SIM milik teman saya tersebut.
Pesan Moral dari cerita ini adalah :
- Kalau mau jalan, cek dulu tanggal berlaku SIM kalian
- Hanya sediakan uang receh di dompet, persiapan kalau ditilang gak bayar mahal.
- dan lain lain.